Yogyakarta, sebagai kota pelajar yang juga dikenal dengan sebutan Kota Budaya, menjadi saksi bisu dari campuran harmonis antara modernitas dan tradisi. Paniradya Kaistimewan DIY baru-baru ini menggelar sebuah talkshow bertajuk ‘Lost in Jogja: Menemukan Ruang di Budaya yang Istimewa’ yang diadakan di Teras Malioboro Beskalan. Acara ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa perantauan lebih mendalami nilai-nilai budaya Yogyakarta yang istimewa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menemukan Ruang Dalam Kekayaan Budaya
Acara ini dirancang untuk mempertemukan mahasiswa perantauan dengan berbagai elemen budaya Yogyakarta. Kehadiran para narasumber yang berkompeten dalam bidang budaya dan sosial memberikan pencerahan bagi para peserta. Diskusi ini memberikan penekanan pada bagaimana budaya bukan hanya soal seni atau tradisi, tetapi juga cara pandang dan filosofi hidup yang mampu menjadi panduan dalam kehidupan mahasiswa.
Menghargai Nilai Keberagaman
Salah satu nilai utama yang diangkat dalam kegiatan ini adalah pentingnya menghargai keberagaman. Yogyakarta sebagai kota yang dihuni oleh berbagai suku, ras, dan agama telah lama menjadi ruangan terbuka bagi persatuan dan kerukunan. Mahasiswa diajak untuk melihat bagaimana keberagaman ini bukan merupakan hambatan, tetapi justru kekayaan yang dapat meningkatkan pemahaman dan empati di antara sesama.
Budaya sebagai Identitas dan Jati Diri
Bagi para mahasiswa, terutama perantauan, menemukan jati diri sering kali menjadi bagian dari perjalanan akademis mereka. Budaya Yogyakarta yang kaya dapat menjadi cerminan untuk menemukan identitas tersebut. Dengan memahami dan mengadopsi nilai-nilai budaya lokal, mahasiswa dapat membangun profil diri yang kuat dan berakar pada prinsip keluhuran budi pekerti yang ditawarkan oleh budaya Yogyakarta.
Mengintegrasikan Nilai Budaya dalam Pembelajaran
Langkah konkret yang didiskusikan dalam talkshow ini adalah bagaimana cara mengintegrasikan nilai-nilai budaya Yogyakarta ke dalam pembelajaran akademis dan kehidupan sehari-hari mahasiswa. Paparan dari para pembicara mendorong mahasiswa untuk tidak hanya aktif dalam kegiatan akademis tetapi juga dalam aktivitas budaya, seperti mengikuti komunitas seni tradisional, partisipasi dalam festival budaya, dan lain sebagainya.
Pandangan Baru tentang Kehidupan di Perantauan
Mahasiswa yang merantau ke Jogja umumnya menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Acara ini memberikan pandangan baru bahwa penyesuaian budaya tidak harus menjadi beban, melainkan peluang untuk berkembang. Melalui pemahaman budaya lokal, mahasiswa dapat menemukan jalan untuk lebih berkolaborasi dalam kehidupan kampus dan masyarakat, menjalin hubungan yang lebih erat, dan menjaga harmoni dalam keberagaman.
Kegiatan seperti talkshow ini menawarkan kesempatan berharga bagi para mahasiswa untuk memahami lebih dalam makna keberadaan mereka di Yogyakarta. Dengan berusaha untuk menyelami dan mempraktikkan nilai-nilai budaya lokal, mahasiswa bisa mendapatkan lebih dari sekedar pengalaman akademis, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga. Yogyakarta menjadi lebih dari sekedar kota perantauan, melainkan rumah kedua yang menawarkan kekayaan intelektual dan emosional tak ternilai. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan kualitas diri dan memberikan kontribusi pada masyarakat setempat serta bangsa secara keseluruhan.
