Festival Sastra Kota Malang 2025 hadir sebagai angin segar di tengah kepadatan urban yang kian menggerus ruang publik. Dengan mengusung tema tentang pembangunan urban dan krisis ruang kota, acara ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul para pecinta literasi, tetapi juga sebagai forum diskusi mengenai masa depan penataan kota. Di adakan di Maliki Plaza, Jalan Sunan Kalijaga Nomor 46, festival ini menyajikan perspektif unik di lokasi yang memiliki sejarah panjang dalam dunia percetakan dan penerbitan.
Pembukaan yang Memukau
Festival Sastra ini dibuka dengan serangkaian pidato dari para tokoh sastra dan pengamat tata kota. Mereka menyoroti bagaimana sastra dapat menjadi cermin yang merefleksikan dinamika pembangunan kota, serta menampilkan narasi yang sering kali terabaikan. Di tengah kesibukan pembangunan infrastruktur, kreativitas sastra mencoba menggali sisi lain yang tersembunyi dari pertumbuhan urban.
Sastra Sebagai Jembatan Dialog
Dalam sesi diskusi, berbagai penulis dan akademisi berbagi pandangan mengenai pengaruh positif dan negatif pembangunan kota terhadap budaya dan ruang publik. Diskusi ini menyoroti pentingnya menemukan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian identitas lokal. Sastra, dalam konteks ini, berfungsi sebagai jembatan dialog yang mampu menghubungkan masyarakat dengan pemangku kebijakan, sehingga tercipta solusi yang inklusif terhadap permasalahan ruang kota.
Krisis Ruang Publik
Seiring berkembangnya kota Malang, isu krisis ruang publik semakin nyata. Pembangunan yang masif sering kali tidak mengindahkan ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi dan berkreasi. Di dalam festival ini, para peserta diajak merenung dan berdiskusi tentang pentingnya mempertahankan ruang-ruang hijau dan area terbuka sebagai bagian dari kesejahteraan kota. Hal ini diharapkan dapat menyadarkan semua pihak akan arti pentingnya ruang publik bagi kehidupan perkotaan yang sehat.
Ruang Kreativitas dan Inspirasi
Festival ini juga menampilkan berbagai pertunjukan seni, seperti pembacaan puisi dan pementasan teater, yang menggugah imajinasi para pengunjung. Pertunjukan ini membuktikan bahwa meskipun ruang fisik semakin menyempit, ruang untuk berkreativitas dan mengekspresikan diri masih dapat diperluas melalui media sastra dan seni. Kreativitas menjadi ruang virtual yang mampu melampaui batas-batas fisik yang ada.
Peran Media dan Literasi
Peran media dalam menaungi kepentingan literasi dibahas secara mendalam, terutama perannya dalam menyuarakan isu sosial dan pembangunan. Festival ini menantang media untuk lebih aktif menjadi bagian dari solusi, bukan hanya sebagai pengamat pasif. Dengan literasi yang kuat, masyarakat dapat lebih kritis dalam menghadapi permasalahan perencanaan kota dan kebijakan publik yang sering kali merugikan kalangan marginal.
Di penghujung festival, satu hal yang mengemuka adalah kesadaran akan perlunya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas kreatif untuk mengatasi krisis ruang kota. Festival Sastra Kota Malang sukses menggiring perhatian pada isu ini, serta memicu dialog yang diharapkan dapat membawa perubahan positif ke depannya. Melalui kekuatan kata, sastra memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang mampu membentuk masa depan kota yang lebih baik dan lebih manusiawi.
Kesimpulannya, Festival Sastra Kota Malang 2025 tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga menyajikan refleksi mendalam tentang pentingnya kolaborasi dalam membentuk penataan kota yang berkelanjutan. Inisiatif seperti ini menjadi contoh bagaimana seni dan sastra dapat memainkan peran vital dalam kehidupan masyarakat urban, sekaligus menginspirasi gerakan untuk mempertahankan ruang publik sebagai fondasi kebersamaan dan kemajuan kota. Dengan demikian, sastra tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga bagian dari solusi menghadapi tantangan modernitas.
