Wakil Kepala BGN mengungkap rasa duka dan meminta maaf secara terbuka atas insiden keracunan akibat MBG, sambil menjanjikan investigasi menyeluruh dan perbaikan sistem keamanan pangan sekolah.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, dalam sebuah pernyataan emosional meneteskan air mata sambil meminta maaf kepada para siswa yang menjadi korban keracunan setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini memicu sorotan publik besar terhadap pengawasan program, dan BGN terpaksa menyatakan bahwa akan melakukan evaluasi menyeluruh serta memperketat semua prosedur terkait.
Dalam upaya memperbaiki citra dan kepercayaan publik, lembaga itu pun membentuk tim investigasi khusus. Insiden ini menjadi ujian tajam bagi BGN dalam memastikan keamanan pangan program nasional yang digadang-gadang.
Latar Belakang Kasus MBG dan Dampaknya
Sejumlah sekolah di berbagai daerah melaporkan kasus dugaan keracunan pasca mengonsumsi MBG. Di Kabupaten Bandung Barat, misalnya, ratusan siswa dilaporkan mengalami keluhan seperti mual, pusing, lemas, hingga kram otot.
Korban tersebar di berbagai wilayah, dan total dugaan korban mencapai ribuan siswa. BGN menyebut bahwa hingga saat ini tercatat sekitar 4.711 siswa di sejumlah wilayah merasakan efek negatif dari konsumsi menu MBG.
Berita lainnya : Megawati Resmikan Struktur Pengurus PDIP 2025-2030
Pengakuan dan Permintaan Maaf BGN
Menanggapi gelombang protes, BGN menyatakan pengakuan atas kegagalan dalam beberapa aspek pelaksanaan MBG. Menurut Nanik, kesalahan paling awal ditemukan pada teknik pengolahan makanan yang tidak sesuai SOP.
Dalam pernyataannya, Nanik menyebut bahwa pihaknya “mengakui salah” .
Ia pula menegaskan bahwa semua biaya pengobatan korban keracunan akan ditanggung penuh oleh BGN, tanpa membebani orang tua maupun institusi lokal terkait.
Penutupan Dapur, Investigasi dan Sanksi
Sebagai langkah konkret, BGN memutuskan untuk menutup dapur-dapur MBG yang ditemukan bermasalah sementara investigasi sedang berjalan.
Nanik menyatakan bahwa jika ditemukan unsur kelalaian atau kesengajaan dalam penyajian makanan, pihaknya akan menyerahkan kasus ini ke ranah pidana dan melibatkan aparat kepolisian, BPOM.
Tim investigasi eksternal telah dibentuk, yang akan mengusut secara menyeluruh mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi menu MBG.
Temuan Awal dan Dugaan Penyebab
Berdasarkan hasil sementara, BGN menyebut bahwa sebagian besar kasus keracunan muncul akibat makanan yang disajikan melebihi batas waktu aman—yakni melebihi 6 jam setelah dimasak.
Dalam kasus di Kabupaten PALI, Sumatera Selatan,
Meski demikian, tetap memilih tak berspekulasi lebih jauh sebelum hasil laboratorium resmi keluar.
Tanggapan Publik dan Tekanan Lanjutan
Kasus ini memicu berbagai reaksi, termasuk dari DPRD Jawa Barat yang meminta evaluasi menyeluruh terhadap program MBG dan institusi sebagai pelaksana.
Banyak pihak mendesak agar program yang semula bertujuan baik ini tidak menjadi sumber masalah baru. Evaluasi dari hulu ke hilir—mulai dari seleksi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi—dijadikan sorotan utama.
Berita lainnya : Di Balik Angka Kemiskinan yang Turun, Indonesia Hadapi Ancaman Kerentanan Ekonomi yang Serius
Penutup
Intinya, insiden keracunan MBG kini telah menjadi titik kritis bagi BGN. Permintaan maaf publik sekaligus pengakuan kesalahan dari pejabat BGN menunjukkan bahwa institusi ini berada di bawah tekanan besar. Tim investigasi yang telah dibentuk dan tindakan penutupan dapur bermasalah harus segera menghasilkan langkah konkret agar kasus serupa tak terulang.
Ke depan, publik menunggu hasil uji laboratorium, rekomendasi teknis dari tim investigasi, dan bagaimana BGN akan membenahi sistem keamanan pangan dalam seluruh jaringan MBG di sekolah.